Laman

Senin, 28 Februari 2011

CRASS.



Crass dibentuk pada tahun 1977, di sekitar lingkungan Dial House, sebuah ‘komunitas terbuka’ dekat Epping, kota Essex, di Inggris. Dengan adanya lagu-lagu dari Sex Pistols, anarkisme menjadi candaan tentang kesadaran diri yang nihilis, namun Crass berdiri untuk berhubungan langsung dengan kaum pembebasan sosialis dan menjadi sebuah variasi komunal pemikiran politik pada abad ke-20.
Dengan membawa manifesto dari punk, "Do It Yourself", Crass menyatukan kegunaan dari lagu-lagu, film, suara-suara kolase, gambar-gambar dan pergerakan subversi untuk menghadirkan kritikan yang inovatif dan berkelanjutan melawan semua yang mereka pandang sebagai sebuah budaya yang dibangun dengan landasan dari peperangan, kekerasan, sexisme, kemunafikan agama dan konsumerisme yang berlebihan. Mereka juga melawan bersama para orang-orang anarko-pasifis yang mana menjadi sebuah gerakan yang besar di lingkungan musik punk.

 Awal mula Crass

Band tersebut terbentuk saat pendiri dari Dial House dan mantan anggota grup EXIT, sebuah grup performance art avant-garde, Penny Rimbaud (nama asli Jerry Ratter), mulai bermain musik bersama seorang penggemar Clash, Steve Ignorant, yang tinggal di Dial House. Berdua mereka merekam lagu ‘So What?’ dan ‘Do They Owe Us A Living?’ yang mereka sebut duet drums dan vokal. Untuk masa yang sangat singkat mereka menyebut dirinya Stormtrooper, sebelum memilih nama Crass, yang mana diambil dari lagu David Bowie, ‘Ziggy Stardust’ (khususnya lirik yang menyebutkan ‘The kids was just crass’). Anggota-anggota lain dari rumah tersebut mulai mengikutsertakan dirinya sendiri dalam band itu, dan hal itu berlangsung cukup lama sebelum Crass bermain di pertunjukkan pertamanya sebagai pengisi acara ‘Squatted Street Festival’ di Huntley Street, London Utara. Tak lama setelah itu mereka mulai bermain di klub punk legendaris, Roxy di area Covent Garden, London. Dengan uang dari band sendiri, membuat mereka sebuah bencana dari para pemabuk, dan berakhir dengan penolakan dari penampilan di panggung tersebut, yang diabadikan dalam lagu mereka ‘Banned from the Roxy’ dan essay Rimbaud ‘Crass at the Roxy’. Pertunjukkan-pertunjukkan awal mereka lainnya termasuk pertunjukkan reguler dengan the UK Subs di White Lion pub di Putney. Pertunjukkan-pertunjukkan tersebut ditonton oleh sedikit orang; "Penonton biasanya hanya kami ketika the Subs bermain, dan hanya the Subs ketika kami bermain.", kata Penny Rimbaud.
Tak lama setelah itu, band tersebut memutuskan untuk bermain lebih serius, memberi pandangan lebih pada penampilan mereka. Dengan menghindari obat-obatan, alkohol dan juga ganja sebelum penampilan mereka di panggung, mereka juga mengadaptasi pikiran politis dari penggunaan baju berwarna hitam, gaya pakaian yang lebih cenderung kepada militer, diatas panggung ataupun dikehidupan sehari-hari. Mereka juga memperkenalkan pemakaian dari backdrop panggung, sebuah logo yang digambar oleh teman Rimbaud, Dave King (yang membentuk Sleeping Dogs Lie), seperti yang diperlihatkan di belakang cover album The Feeding Of The 5000. Hal ini membuat band tersebut terkenal dengan gaya militernya, yang mana membuat beberapa orang menuduh mereka sebagai sebuah band fasis. Crass menyebutkan bahwa penampilan seragam hitam mereka adalah maksud dari pernyataan mereka atas perlawanan akan "pemujaan personalitas", dengan itu, agar berlawanan dengan kebanyakan band rock lain, tak ada satu anggotapun yang disebut sebagai pemimpin dari band tersebut.
Logo band yang ditampilkan di belakang panggung merepresentasikan sebuah percampuran dari beberapa ikon-ikon kekuasaan, termasuk salib agama kristen, swastika dan bendera Union Inggris yang disatukan dengan gambar ular berkepala dua yang memakan dirinya sendiri (untuk menggambarkan bahwa semua kekuasaan akhirnya akan hancur dengan sendirinya). Penulisan pesan-pesan politis juga salah satu dari strategi Crass untuk menyampaikan pandangan mereka sebagai "serangan kata-kata yang kontradiktif", juga penggunaan musik yang keras dan agresif untuk menyampaikan pesan-pesan pasifisme mereka, karya-karya seni yang mengacu kepada Dadaisme menurut mereka sendiri juga mengambil bagian dan pula performance art sebagai latar belakang panggung.
Band tersebut juga menggunakan lampu-lampu panggung untuk memperkuat penampilan mereka, mereka tidak menggunakan lampu panggung yang simpel (hanya satu warna). Crass juga merupakan pionir dalam penggunaan alat-alat multi media di panggung, dengan menggunakan sistem teknologi video dan menggunakan film-film sebagai latar belakang panggung juga kolase-kolase video yang dibuat oleh Mick Duffield dan Gee Vaucher untuk membantu memaksimalkan penampilan mereka di atas panggung.

 Crass Records

Rilisan pertama dari Crass adalah The Feeding Of The 5000, sebuah EP 12 inci 45 rpm berisi 18 track dari the Small Wonder label pada tahun 1978. Para pekerja perusahaan itu awalnya menolak mengerjakan album tersebut karena adanya isi lirik yang sangat kontradiktif di lagu ‘Reality Asylum’. Album tersebut akhirnya dikeluarkan dengan dihilangkannya lagu tersebut dan diganti dengan kesunyian selama 2 menit, dan ironisnya lagu pengganti itu diberi judul ‘The Sound Of Free Speech’. Kejadian ini membuat Crass membuat label rekaman sendiri, Crass Records, dengan tujuan untuk menghadirkan album itu sepenuhnya, dan ‘Reality Asylum’ setelah itu akhirnya dikeluarkan pada sebuah single 7 inci yang direkam kembali. Cetakan album ‘The Feeding of The 5000’ oleh Crass Records menampilkan lagu yang sebelumnya tidak dimasukkan.
Seperti materi album mereka sendiri, Crass Records mengeluarkan album-album lainnya yang dikerjakan oleh para artist lain, album yang pertama dikeluarkan adalah single ‘You Can Be You’ oleh Honey Bane pada tahun 1980, seorang gadis muda yang tinggal di Dial House setelah kabur dari panti asuhan disana. Artis-artis lainnya termasuk Zounds, Flux Of Pink Indians, Rudimentary Peni, Conflict, band dari Icelandic KUKL (yang memasukkan suara dari Björk), penyanyi klasik Jane Gregory, dan the Poison Girls, sebuah band yang mempunyai pemikiran yang sama seperti Crass dan telah bekerja sama dalam segala hal selama bertahun-tahun dengan Crass.
Mereka juga mengeluarkan ketiga edisi dari ‘Bullshit Detector’, kompilasi dari demo-demo dan hasil rekaman yang pernah dikirimkan oleh band-band disana, dan mereka rasa kompilasi tersebut merupakan etos kerja DIY punk yang sesungguhnya.
Nomer-nomer yang tertera pada semua rilisan Crass records ditampilkan dengan maksud untuk menghitung mundur ke tahun 1984 (seperti, 521984 yang berarti "lima tahun lagi menuju 1984"), Crass menyatakan bahwa pada tahun tersebut mereka akan membubarkan diri, mengambil dari tanggal di novel George Orwell yang mereka percayai sebagai tanggal kemenangan dari pergerakan anti penguasa.
Crass mengeluarkan album ke-tiga mereka, ‘Penis Envy’, pada tahun 1981. Album ini menandakan awal kehadiran dari apa yang disebut testosterone-driven 'hardcore punk' imej bentukan dari ‘Feeding of the 5000’ dan pengembangan dari ‘Stations of the Crass’ yang telah memberikan pengakuan dunia atas keeksistensian mereka. Album ini menampilkan aransemen musik yang lebih rumit dan suara perempuan yang dihadirkan oleh Eve Libertine dan Joy De Vivre, (walaupun Steve Ignorant menjadi anggota tetap dari grup tersebut dan juga dituliskan pada cover album ini, namun dia tidak mengikuti sesi rekaman Crass untuk album ini).
Crass juga melontarkan isu-isu feminisme dan sekali lagi menyerang semua institusi pemerintah seperti perkawinan dan penindasan sexual. Di salah satu lagu, sebuah lagu parodi dari 'MOR' lagu cinta yang diberi judul ‘Our Wedding’, diberikan secara gratis pada flexi disc dalam majalah romantis gadis muda, setelah majalah itu ditawari untuk menyebarkan lagu tersebut oleh sebuah organisasi yang menamakan dirinya "Creative Recording And Sound Services" (lihat inisialnya). Kontroversi pada tabloid itu membuat pergerakan mereka semakin terdengar, juga ditambah dengan adanya pemberitaan pada News of the World yang menyatakan terlalu jauh bahwa judul lagu tersebut terlalu fulgar untuk diedarkan.
Album LP keempat dari Crass adalah double set album yang berjudul ‘Christ the Album’ pada tahun 1982, mengambil lebih dari satu tahun untuk proses perekamannya, produksi dan mixing, selama pada masa itu Perang Falklands terjadi dan berakhir. Hal ini membuat Crass mempertanyakan pendekatan dasarnya dalam membuat rekaman-rekaman tersebut. Sebagai grup musik yang mempunyai komitmen untuk mengangkat isu-isu politik, mereka merasa bahwa mereka telah membawa pesan dan penampilan mereka yang berlebihan terbentuk oleh adanya kejadian-kejadian nyata di dunia ini. Rilisan album itu di dalamnya termasuk lagu ‘How does it Feel to Be the Mother of A Thousand Dead’ dan ‘Sheep Farming in the Falklands’, dan pada album ‘Yes Sir, I Will’, mereka membawa kembali suara mereka ke dasarnya dan membawa pesan sebagai "respon taktis" untuk situasi politik pada saat itu.
Pada hari-hari awal mereka membuat grafiti stensilan disekitar wilayah London Underground, band tersebut juga terlibat dalam aksi langsung, begitu juga aktivitas musikal mereka. Pada tahun 1983 dan 1984 mereka melibatkan diri sebagai bagian dari aksi Stop the City yang mana melibatkan para pelari di awal abad ke-21 sebagai protes anti-globalisasi. Dukungan nyata mereka akan kegiatan yang seperti itu ditampilkan pada lirik lagu terakhir mereka yang berjudul ‘You're Already Dead’, yang juga memperlihatkan bahwa Crass telah meninggalkan komitmen lama mereka sebagai pasifis. Hal ini membawa band tersebut pada introspeksi yang lebih jauh akan pendirian awal mereka, dan beberapa anggota grup ini merasa bahwa mereka mulai kehilangan pandangan akan esensi pendirian murni yang selama ini mereka jalankan. Sebagai hasil dari perdebatan tersebut, rilisan berikutnya dengan menggunakan nama Crass adalah album ‘Acts of Love’, sebuah album berisi 50 puisi oleh Penny Rimbaud dengan latar belakang musik klasik, yang juga bisa digambarkan sebagai "lagu-lagu untuk diriku yang lain" dan bertujuan untuk merayakan "kebutuhan akan hasrat kebersamaan, kedamaian dan cinta yang akan ada dengan adanya diri yang lain."
Kejadian yang lebih lanjut akibat pasca perang Falklands adalah para anggota dari Crass membuat kehadiran mereka lebih diperhatikan, dengan adanya aktivitas agen KGB dari Administrasi Ronald Reagan. Dengan adanya rekaman yang dikenal sebagai 'the Thatchergate tapes', sebuah kaset yang menampilkan percakapan yang dipalsukan dengan menggunakan sampel suara dari Margaret Thatcher dan Ronald Reagans, yang membicarakan rencana mereka bahwa Eropa akan digunakan sebagai target sasaran senjata nuklir apabila terjadi konflik antara Amerika dan Uni Soviet. Rekaman tersebut menyebar dikalangan publik banyak, walaupun tak ada label Crass didalamnya, entah bagaimana koran British Observer bisa menghubungkan rekaman suara tersebut dengan Crass.

 Bubarnya crass

Crass akhirnya berhenti tampil di depan orang banyak setelah akhirnya menjadi ancaman serius bagi pemerintahan Margaret Thatcher setelah terjadinya Perang Falklands. Crass dipanggil menghadap Parlemen dan menghadiri pengadilan mereka akan Aksi Publikasi yang Vulgar dalam hukum Inggris, hal ini membuat mereka bertarung dimeja hijau dan berakhir dengan apa yang mereka sebut aksi kekerasan akhirnya mendapatkan apa yang seharusnya diterima. Pada 7 Juli 1984 Crass memainkan pertunjukkan terakhirnya di Aberdare, Wales, sebuah acara benefit untuk para penambang disana yang sedang mogok kerja, sebelum kembali ke Dial House untuk menyimpan energi mereka bagi perlawanan berikutnya dimana saja.
Andy Palmer yang bermain gitar memutuskan untuk keluar dari band agar bisa meneruskan studinya di kuliah seni, dan konsensus dari grup tersebut adalah “menggantikan posisi Andy Palmer sama saja dengan menerima mayat sebagai anggota band berikutnya”. Hal ini memperkuat keputusan mereka untuk membubarkan diri pada tahun 1984. Steve Ignorant lalu bergabung dengan band Conflict, yang mana dia selama ini telah menjadi adisional basis band itu, dan pada tahun 1992 dia membentuk grup Schwartzeneggar. Dari tahun 1997 sampai 2000, dia telah menjadi anggota grup Stratford Mercenaries. Dia juga bekerja di 'Punch and Judy' sebagai performer. Eve Libertine meneruskan merekam lagu dengan putranya sendiri, Nemo Jones, juga sebagai artis performer di grup A-Soma. Pete Wright mengkonsentrasikan dirinya dalam pembuatan rumah perahunya dan membentuk grup artis performer, Judas 2, dan Rimbaud meneruskan untuk menulis dan tampil solo ataupun dengan artis lain.

Pengaruh-pengaruh crass

Pengaruh filosofi dan estetika seni dari Crass pada hampir seluruh band punk di tahun 1980-an tak bisa lagi disangkal, walaupun beberapa band menirukan jenis musik mereka pada saat-saat terakhir (seperti pada album ‘Yes Sir, I Will’ dan rekaman terakhir mereka, ‘10 Notes on a Summer's Day’). Crass mengatakan bahwa pengaruh musik yang mereka ambil cenderung lebih ke bentuk musik rock tradisional, begitu juga dengan musik klasik (khususnya musik dari Benjamin Britten, yang mana Rimbaud nyatakan, beberapa riff dari lagu-lagu Crass meniru musik dia seluruhnya), karya-karya seni Dada dan avant-garde seperti buatan John Cage juga performance art tradisional. Lukisan dan kolase-kolase hitam putih pada cover album mereka oleh Gee Vaucher menjadi model dalam estetika seni modern.
Pada bulan November tahun 2002 beberapa mantan anggota Crass berkolaborasi dibawah nama The Crass Collective untuk mengatur aksi Your Country Needs You, sebuah konser musik yang mengangkat "suara-suara yang bertentangan dengan perang" yang diadakan di Queen Elizabeth Hall, South Bank, kota London, termasuk penampilan dari performer Britten's War Requiem. Pada bulan Oktober 2003, The Crass Collective mengubah nama kegiatan mereka menjadi Crass Agenda, dan mereka meneruskan penampilan mereka secara rutin. Selama tahun 2004 Crass Agenda mengkampanyekan untuk menyelamatkan Klub Jazz, Vortex di Stoke Newington, London Utara, yang mana sekarang telah di relokasikan menjadi Hackney. Pada bulan Juni 2005, Crass Agenda dinyatakan bubar, dan mengubah namanya ke bunyi yang lebih pantas, Last Amendment.

 Anggota-anggota Crass

  • Penny Rimbaud - Drums
  • Gee Vaucher - Artworks
  • Steve Ignorant - Voice
  • N.A.Palmer - Guitars
  • Phil Free - Guitars
  • Pete Wright - Bass
  • Eve Libertine - Voice
  • Joy De Vivre - Voice
  • Mick Duffield - Films
  • Terakhir John Loder, sebagai sound engineer dan pendiri Southern Studios, sering disebut sebagai anggota ke-10 dari Crass

Tidak ada komentar:

Posting Komentar